Tampilkan postingan dengan label Republika Penerbit. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Republika Penerbit. Tampilkan semua postingan

Sumber gambar: https://cdns.klimg.com/dream.co.id

Sangat menyakitkan, ketika kamu didiamin tanpa ada kejelasan. Katanya ia tak apa-apa, namun tingkahnya jelas nampak berbeda.


Jika memang ada yang mesti diluruskan, luruskanlah, bicarakan dengan baik-baik apa masalahnya? Itu kehendak kita sebagai seorang perindu. Tapi ya, beginilah sudah lumrahnya menjadi seorang yang mencintai, bukan seorang yang dicintai. Kita akan rutin merasakan yang namanya nyesek dada itu datang membelai. Dada tak akan merasa nyaman jika rasa itu waktunya telah sampai.


Biasanya kalau sudah seperti ini keadaannya, kerjaanmu pasti acak-acakan. Pikiranmu terbagi tak ngaruan. Mau tidur saja susah, apa lagi harus melakukan hal yang mengundang lelah, aku yakin, kalimat terakhir yang keluar dari mulutmu adalah "menyerah".


Tak ada lagi sifat yang hebat yang bisa kamu lakukan selain bersabar. Jika kamu memang sangat sayang sama dia, tunggulah sampai permasalahannya mulai nampak kasat mata. Jangan memaksa! Sebab, dengan paksaan ia juga akan terpaksa mengatakannya. Ia mungkin tak akan sempurna dalam pengakuan, ia hanya mengatakan hal-hal tertentu saja. Hal itu karena ia merasa kesal sudah dipaksa.


Bersabarlah. Yakinlah besok lusa tak akan terjadi apa-apa. Ingatlah selalu, terkadang apa yang kita cemaskan itulah kemungkinan besar yang akan terjadi. Semua akan baik-baik saja. Terus jaga ketulusan itu. Kamu tahu, sekarang sulit sekali mencari yang namanya "tulus". Maka bersyukurlah jika kamu memilikinya.



Kiranya memang susah menghapus kenangan pada saat hujan datang.
*
Ingat betul akan daku potongan-potongan kisah itu di masa lalu.
Maka sungguh, jika hujan ataupun gerimis bertandang, aku hanya bisa terdiam. Mulai terngiang lagi tentang hari-hari di mana aku pertama kali berkenalan dengan hujan.
*
Cerita masa lalu itu memang tiada habisnya. Tak mungkin mudah bisa kita hilangkan. Mungkin barangkali, dengan memeluk erat peristiwa yang pernah terjadi, akan mampu mengacu semangat kita (jika itu kenangan indah) atau pun berhenti menangis (jika itu kenangan pahit).
*
Bersiaplah duhai perindu, kita tengah dihadapkan ke musim yang akan selalu mengingatkan kita ke masa lalu.
*
Selamat datang. Hujan...  ini masamu.

- Maola rie

Jika kulihat kotaku di sore hari, sepertinya, tidak ada yang berubah dari empat tahun yang lalu. Tetap sama. Orang-orang masih hilir-mudik menikmati angin sore menuju senja.
*
Yang tidak bisa dipungkiri dari jalan-jalan raya ialah anak-anak muda.
Mereka terdiri oleh remaja tanggung, hingga pemuda yang lihai akan seluk-beluk permainan cinta.
*
Kaulihat saja sendiri. Yang mendominasi jalanan kota adalah anak remaja putri yang senang tebar pesona. Seolah dengan memakai pakaian ketat, muka penuh dengan make up, rambut terurai, kadang diikat, mereka berasa menjadi perempuan tercantik di dunia.
*
Hei, siapa bilang? Itu hanya ilusi mereka saja. Tidak semua orang sependapat dengan ihwal itu. Kecuali lelaki bermata keranjang, yang terkecoh dengan pesonanya. Ingin memilikinya, kemudian, jikalau sudah bosan, perempuan tersebut ditinggalkan, dibuang. Lalu para lelaki itu, berinisiatif lagi mencari stock cabe-cabean baru. Kembali jalan-jalan sore dengan cinta anyarnya.
*
Ah, tak pernah kumenapikan hal itu. Dulu, sekitar empat atau lima tahun yang lalu, anak muda ini juga berada di barisan mereka. Suka jalan-jalan, nongkrong sana-sini. Seolah sore adalah kesenangannya.
Tapi seiring berputarnya tantangan hidup, syukurlah, fase itu dapat dilaluinya penuh dengan perjuangan. Sulit memang. Tapi, bukankah jika hidup begitu-begitu saja, kau tidak akan temukan dirimu tumbuh menjadi dewasa.

*Em-Er

Judul Novel : PULANG
Penulis : Tere Liye
Penerbit : REPUBLIKA Penerbit
Tahun Terbit : 2015
Tebal : 400 halaman
SINOPSIS
Mula-mula, secara garis besar, Novel dari penulis fenomenal yang satu ini bercerita tentang perjalanan hidup seorang anak lelaki, bernama panggilan Bujang. Sejak berumur lima belas tahun, di sebuah hutan pedalaman Sumatera, rasa takutnya direnggut oleh seekor monster yang matanya merah ketika terkena cahaya petir.
Dari pengalaman di rimba itu, akhirnya ia dibawa oleh Tauke Muda (seorang bos) dari kota, yang berteman dekat dengan Ayahnya. Awalnya, Midah (Ibu dari Bujang) tak mau merelakan anak semata wayangnya itu dibawa oleh Tauke, namun sang ayah bersikeras menyuruh Bujang pergi bersama rombongan tersebut, dengan dalih: Agar anaknya dapat melihat dunia luar, dan dapat bersekolah.
Namun, Seiring berjalannya waktu, alasan keras sang ayah menyuruh ia ikut dengan Tauke Muda akhirnya diketahui oleh Bujang. Bukan alasan yang tercantum di ataslah yang pada hakikatnya diniatkan oleh Samad (ayah dari bujang). Dulunya, Samad adalah tangan kanan oleh ayah dari Tauke Muda yang menjalankan bisnis Shadow Economy dibalik naungan keluarga Tong.
Akan tetapi Samad mengundurkan diri karena alasan yang tak pasti. Dan, alasan tersebutpun diketahui Bujang saat Kopong (Teman dekat Samad sekaligus Kepala dari Tukang Pukul keluarga Tong) menceritakan semua tentang ayahnya ketika ia terbaring sakit.
Pada akhirnya, Bujang mewarisi keahlian dari ayah dan kakeknya, menjadi jagal yang mampu membuat orang-orang hingga calon presiden pun gemetar. Dan, ia juga ikut serta menjalankan bisnis dunia hitamnya keluarga Tong. 
Dengan bertambahnya usia dan pengalaman, Bujang belakangan naik tingkat menjadi orang nomor satu keluarga Tong, serta menjadi anak kesayangan dari Tauke yang semakin hari semakin memprihatinkan kesehatannya.
Karena tak ada lagi yang pantas menerima mahkota, ia pun diserahi kekuasaan oleh Tauke agar menggantikannya memimpin keluarga Tong, yang walaupun ia menolak otoritas itu.
Seperti biasa, penulis amat mahir mengahadirkan hal-hal yang tak terduga menjelang akhir-akhir halaman novel ini. Dari kudeta, atau pengkhianatan yang dilakukan oleh orang yang tak disangka sebelumnya, hingga menemukan tokoh utama dengan seseorang yang akan menceritakan asal-usul, dan desas-desus keluarga kecinya itu. Dari sanalah, akhirnya Bujang mengerti akan sebuah hakikat dari kata PULANG.
UNSUR INTRINSIK NOVEL
Tema : Seorang anak lelaki yang dibesarkan oleh keluarga yang terusir mencari jati diri dan hakikat kehidupnya.
Latar Belakang: Sebuah talang di lereng Bukit Barisan, Hutan rimba daerah Sumatera, Rumah Tauke di kota provinsi, Rumah Tauke di Ibu kota, Ruangan dengan nuansa tradisional, Amerika, Hongkong, Grand Lisabon, Makau, Jepang, Pelabuhan, Lorong bawah tanah, Sebuah tempat asing yang melahirkan kembali seorang Bujang yang baru, dan gedung tempat kerja Parwez kepunyaan keluarga Tong.
Waktu : Subuh hingga malam.
Suasana : Menegangkang, mengharukan, bahagia, menegangkan,
menegangkan, dan menegangkan.
Bahasa : Novel menggunakan bahasa yang ringan dan sangat mudah dimengerti oleh pembaca.
Alur : Novel ini menggunakan alur maju mundur, artinya dalam cerita tersebut terjadi flashback ke masa lalu dan kejadian yang akan datang.
Amanat : 1) Dunia itu luas, maka belajarlah dari pengalaman ke negeri-negeri yang ada di dunia ini. 2) Semua orang mempunyai masa lalu, dan itu bukan urusan siapa pun. Urus saja masa lalu tersebut masing-masing. 3) Teruslah berlatih, jangan mudah menyerah, karena dengan adanya latihan setengah dari keberhasilan sudah kita raih. 4) Berhati-hatilah dengan orang-orang terdekatmu yang punya muka dua. 5) Setiap orang mempunyai kesempatan untuk berubah, merubah dirinya agar menjadi lebih baik lagi misalnya.
Penokohan : *Bujang sang Babi Hutan, dan keduanya bukan nama asli. Hanya orang-orang tertentulah yang tahu namanya. *Samad Ayah dari Bujang yang berkaki lumpuh dan berjalan dengan tongkat. *Midah Ibu dari Bujang yang sering memendam tangisnya. *Tauke adalah seorang bos besar dari keluarga Tong yang bermata sipit, dan berperawakan gempal. *Basyir adalah teman pertama Bujang saat tiba di rumah Tauke, ia keturunan arab pedalaman yang berkulit agak hitam. *Kopong ialah seorang Tukang pukul dunia hitamnya keluarga Tong yang menggantikan posisi ayahnya Bujang, dan ia amat dekat dengan bujang. *Tuanku Imam, seorang ulama yang berpenampilan menawan, dan kata-katanya mampu memberikan semangat tinggi. Juga *Frans si Amerika, Guru Bushi Sang Samurai, dan banyak lagi.
KELEBIHAN NOVEL
Di dalam novel ini banyak mengandung kata-kata serat akan makna. Sang penulis juga menyisipkan beberapa pesan untuk pembaca, diantaranya, himbauan agar tidak memakan atau meminum hal-hal yang diharamkan oleh agama, seperti memakan daging babi, dan meminum bir yang sifatnya memabukkan. Ditambah lagi dengan penggunaan bahasa yang mudah dicerna, dan penempatan waktu yang amat detail.
KEKURANGAN NOVEL
Sebenarnya hampir tak ada kekurangan dalam novel ini. Namun, karena setiap hal selalu punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, maka barangkali yang kurang dalam novel ini adalah: sedikitnya scane-scane yang mampu membuat pembaca terenyuh, terharu, atau bahkan menangis. Berbeda dengan novel-novel yang terdahulu, novel ini lebih menonjolkan ketegangan bagi pembaca, karena aksi-aksi para tokoh yang ada di dalamnya.

By Riedha al-Maula