Sumber gambar: https://cdns.klimg.com/dream.co.id |
Jika memang ada yang mesti diluruskan, luruskanlah, bicarakan dengan baik-baik apa masalahnya? Itu kehendak kita sebagai seorang perindu. Tapi ya, beginilah sudah lumrahnya menjadi seorang yang mencintai, bukan seorang yang dicintai. Kita akan rutin merasakan yang namanya nyesek dada itu datang membelai. Dada tak akan merasa nyaman jika rasa itu waktunya telah sampai.
Biasanya kalau sudah seperti ini keadaannya, kerjaanmu pasti acak-acakan. Pikiranmu terbagi tak ngaruan. Mau tidur saja susah, apa lagi harus melakukan hal yang mengundang lelah, aku yakin, kalimat terakhir yang keluar dari mulutmu adalah "menyerah".
Tak ada lagi sifat yang hebat yang bisa kamu lakukan selain bersabar. Jika kamu memang sangat sayang sama dia, tunggulah sampai permasalahannya mulai nampak kasat mata. Jangan memaksa! Sebab, dengan paksaan ia juga akan terpaksa mengatakannya. Ia mungkin tak akan sempurna dalam pengakuan, ia hanya mengatakan hal-hal tertentu saja. Hal itu karena ia merasa kesal sudah dipaksa.
Bersabarlah. Yakinlah besok lusa tak akan terjadi apa-apa. Ingatlah selalu, terkadang apa yang kita cemaskan itulah kemungkinan besar yang akan terjadi. Semua akan baik-baik saja. Terus jaga ketulusan itu. Kamu tahu, sekarang sulit sekali mencari yang namanya "tulus". Maka bersyukurlah jika kamu memilikinya.
Yang aku takutkan, ketika aku menuliskan sesuatu, merincikan beberapa hal, kemudian mempostingnya ke media sosial, perilaku yang kutampakkan sehari-hari malah belum mencerminkan apa-apa yang telah daku utarakan.
*
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan." Al-Qur’an berkata lantang pada surah Ash- Shaff : 2-3.
*
Maka dari itu, tegurlah daku jika kau menyaksikan hal-hal yang menyimpang daripada apa yang daku perbuat. Bukankah Allah telah menyatakan, ciri-ciri orang yang tidak merugi itu di antaranya ialah, "Nasihat kepada kebenaran, dan kesabaran."
*
Nasihatilah saudaramu ini! Jangan ragu untuk mengutarakannya secara langsung. Sungguh ihwal itu akan memperbaiki kesalahan, kemudian, menjadikannya terbentengi dari kekhilafan.
*
Sejatinya, setiap penulis mempunyai cita-cita yang tak jauh beda. Yakni untuk memperbaiki diri, dan berbagi dengan tulisannya. Tulisan yang dibuat, dijadikan mereka sebagai acuan dan motivasi, agar bisa merubah kebiasaan buruk yang sering mereka dapati.
*
Begitu pula dengan daku, walau bukan seorang penulis, kadang dengan menulis di sosial media, buku harian, dan lain sebagainya, hari-hariku terasa diingatkan, dengan dibatasi pagar-pagar yang kubuat sendiri. Namun, kadangkalanya, kekhilafan juga ikut menyerang, sehingga daku lupa dengan apa yang pernah disampaikan. Maafkanlah.
*
Semoga kita selalu diberi jalan untuk dapat memperbaiki diri, menjadi mu'min sejati, dan senang, ketika engaku, aku, kita, dan mereka saling menasihati. "Addinu nasihah".
-MaolaRie
Tidakkah kau lihat dari atas sana, para perindu merindukanmu? Mereka sudah puluhan jam lamanya setia menunggu. Kenapa pula kau tak muncul barang sedikit saja?
*
Kita berlindung agar terhindar dari sifat-sifat macam ini.
Ia akan merusak. Merusak kepercayaan semua orang.
Menyiksa, saat di mana orang-orang tahu bagaimana sebenarnya topeng kita.
Memalukan, ketika di hari pembalasan, aib kita dipertontonkan kepada setiap orang.
*
Lebih baik hidup sederhana, akan tetapi, senantiasa tentram hatinya. Daripada kaya, namun selalu gelisah jiwanya.
Bagaimana pula tidak gelisah? Sungguh ia tahu, bahwa harta yang ia dapatkan adalah hasil dari kepiawaiannya dalam bersandiwara. Kesingnya bagus, dalamnya buruk rupa.
- MaolaRie
Kiranya memang susah menghapus kenangan pada saat hujan datang.
*
Ingat betul akan daku potongan-potongan kisah itu di masa lalu.
Maka sungguh, jika hujan ataupun gerimis bertandang, aku hanya bisa terdiam. Mulai terngiang lagi tentang hari-hari di mana aku pertama kali berkenalan dengan hujan.
*
Cerita masa lalu itu memang tiada habisnya. Tak mungkin mudah bisa kita hilangkan. Mungkin barangkali, dengan memeluk erat peristiwa yang pernah terjadi, akan mampu mengacu semangat kita (jika itu kenangan indah) atau pun berhenti menangis (jika itu kenangan pahit).
*
Bersiaplah duhai perindu, kita tengah dihadapkan ke musim yang akan selalu mengingatkan kita ke masa lalu.
*
Selamat datang. Hujan... ini masamu.
- Maola rie
Jika kulihat kotaku di sore hari, sepertinya, tidak ada yang berubah dari empat tahun yang lalu. Tetap sama. Orang-orang masih hilir-mudik menikmati angin sore menuju senja.
*
Yang tidak bisa dipungkiri dari jalan-jalan raya ialah anak-anak muda.
Mereka terdiri oleh remaja tanggung, hingga pemuda yang lihai akan seluk-beluk permainan cinta.
*
Kaulihat saja sendiri. Yang mendominasi jalanan kota adalah anak remaja putri yang senang tebar pesona. Seolah dengan memakai pakaian ketat, muka penuh dengan make up, rambut terurai, kadang diikat, mereka berasa menjadi perempuan tercantik di dunia.
*
Hei, siapa bilang? Itu hanya ilusi mereka saja. Tidak semua orang sependapat dengan ihwal itu. Kecuali lelaki bermata keranjang, yang terkecoh dengan pesonanya. Ingin memilikinya, kemudian, jikalau sudah bosan, perempuan tersebut ditinggalkan, dibuang. Lalu para lelaki itu, berinisiatif lagi mencari stock cabe-cabean baru. Kembali jalan-jalan sore dengan cinta anyarnya.
*
Ah, tak pernah kumenapikan hal itu. Dulu, sekitar empat atau lima tahun yang lalu, anak muda ini juga berada di barisan mereka. Suka jalan-jalan, nongkrong sana-sini. Seolah sore adalah kesenangannya.
Tapi seiring berputarnya tantangan hidup, syukurlah, fase itu dapat dilaluinya penuh dengan perjuangan. Sulit memang. Tapi, bukankah jika hidup begitu-begitu saja, kau tidak akan temukan dirimu tumbuh menjadi dewasa.
*Em-Er
Kebersamaan. Aku sangat menyukainya.
Ketika di antara aku dan kalian mengalami kerenggangan, kemudian lambat laun kembali disatu hatikan, maka, sungguh kesolidan kita tersebut bakal menjadi sesuatu yang amat kuat, berkeramat, lagi hebat.
*
Maka, percayalah, duhai sahabat. Aku akan menjadi teman terbaikmu, dan kamu jadikan aku kawan sejatimu.
*
Pegang erat tanganku. Sekarang, mari kita buktikan pada mereka yang acuh, tidak suka, bahwa aku dan kalian layak untuk dianggap ada.
*Filosofi Teh
*
Hei, apa kabarnya sekarang? Mungkinkah ia masih mengenaliku? Atau, ia malah sudah melupakanku? Melupakan segala kenangan-kenangan itu?
*
Sebenarnya tak masalah jikalau semua peristiwa itu dihapuskannya dari memori. Bukankah penyegaran itu diperlukan? Nah, barangkali karena fullnya kapasitas penyimpanan otak, maka ia ingin merefreshnya.
*
Tapi, tenang saja. Bila kau melihat dari sudut pandangku--kau yang sebagai seorang teman, akan daku ingat selalu, kawan. Kau pernah menjadi sesuatu yang berhaga bagiku, sebaliknya pun begitu.
*
Ah, macam itukah teganya sang zaman? Seiring berjalannya kehidupan, kawan-kawan lama telah melupakan temannya di masa lalu, dan mengganti mereka dengan teman-teman baru.
*
Kemudian, aku berharap, semoga kau tak mensifati diri seperti itu, tak segan membuang kawan lama sebab kampungan, ataupun ketinggalan jauh akan zaman.